Sejujurnya
pas pendaftaran SMA hatiku gundal gulana. Ceritanya di tahun itu ada
soal EBTANAS (terkonang angkatan berapa deh, hiks) bocor, so pemerintah
mengeluarkan jenis soal yang paling susah, walhasil nilai ujian kala itu
merosot, tak terkecuali nilaiku. Yah alhamdhulilah nggak parah banget
sih, cuma beda 0,5 dari syarat masuk SMAN 1 Semarang, SMA yang
kudambakan, hiks. :(
Beberapa sahabat akhirnya masuk SMA Karang Turi Semarang. Pengen ikut
juga tapi orang tua melarang karena itu sekolah berbasis non Muslim.
Dengan semena-mena orang tuaku mendaftarkanku ke SMA swasta Islam
(katanya sih dulu terbaik juga di Semarang, entah sekarang) tanpa
persetujuanku. :(
Marah
dong… akhirnya aku mainkan aksi mogok. Hingga proses pendaftaran
selesai aku sama sekali nggak mau ikut, bahkan mencoba melihat bentuk
sekolahannya pun aku tak sudi. :P Akhirnya tiba lah hari aku jadi resmi anak SMA
untuk pertama kalinya. Di hari itu barulah aku menginjakkan kaki di
gedung sekolah yang akan menjadi bagian dari hidupku selama tiga tahun
kedepan. Bete, kesel, terpaksa campur baur bersama setiap langkahku dari
pintu gerbang hingga memasuki ruang kelasku.
Siapa
sangka gedung yang yang pernah ku benci teramat sangat seketika menjadi
tempat yang sangat kucintai. Di gedung itulah kutemukan sahabat
sejatiku, hari-hari seru bersama mereka, dan pastinya cinta pertama lah
hai hehehhe. Alhamdhulilah aku masih menjalin hubungan yang baik dengan
beberapasahabat ini sampai sekarang meskipun sudah terpisah jarak dan
waktu. Nah kalau cinta pertama?? Inilah kisah indah sekaligus lucu yang
pernah kualami saat menjadi anak SMA bersama sang cinta pertama, uhuuukkss… :P
Pertama jadi anak SMA pasti mengalami ospek dong ya, dan kita sebagai korban masih harus pake seragam SMP (bosen.com).
Saat itu rasanya nggak ada satu cowok pun yang menarik hati, semua
kelihatan seperti anak ingusan, apalagi dengan celana pendeknya itu,
blass nggak keren, kecuali kakak senior ya hehee. Hari pertama langsung
deh ngincer si mas senior yang aduhaaaiii guantengnya. Selesai ospek
“anak ingusan” ini resmi sudah jadi anak SMA,
memakai seragam kebanggaan, dan… Eh lha kok cowok-cowok nggak keren
tadi perlahan naik tingkat jadi lumayan yah, bahkan beberapa diantaranya
masuk kriteria juga (halaaahhh). Kebetulan yang indah, dikelasku juga
ada yang oke, dan didaulatlah si Dia ini menjadi ketua kelas kami.
Tadinya
sih aku biasa aja, nggak ada tuh perasaan apa-apa, tapi? Kenapa si A
ini sering sekali curi-curi pandang ke arahku. Geer?? Nggak lah, kan
emang dari dulu banyak penggemar (langsung di lempar sandal), justru aku
nggak ngeh. Sahabat yang duduk sebangku denganku sering kali menangkap
basah si A curi-curi pandang, tapi aku nggak percaya. “Naksir kamu kali
Ci,” jawabku ringan pada Citra sahabatku. Aku yakin 100% bukan aku yang
dipandangnya, tapi Citra. Aku malah sangat mendukung dan menyemangati
sahabatku untuk mencoba pedekate sama si A. Sebagai bentuk dukungan, aku
mulai gerilya tanya kebeberapa teman cowok mengenai si A. Aku dan
beberapa teman cowok mulai menyusun strategi pedekate untuk mereka
berdua (iseng banget). Ternyata eh ternyata……
“Pie to kowe ki?” A ki seneng karo kowe kok!” omel sahabat dekat si A dengan bahasa Jawa yang medhok banget. :P Dasar anak SMA
polos (uhuuukk), aku yang manis dan lembut ini sama sekali nggak
menangkap sinyal dari A. Aku nggak sadar setiap kali kami ngobrol, wajah
A jadi memerah, dia juga suka menjaili aku, sering malah, tapi aku
tetep aja nggak ngeh. Akhirnya ketika rahasia itu terbongkar, gentian
aku deh yang curi-curi pandang ke A, wkwkkwk. Ga mutu ya :P
Sejak
hari itu hubungan kami mulai dekat, seisi kelas pun kompak mengompori
kami untuk jadian. Suatu hari, pagi sebelum pelajaran di mulai, seperti
biasa aku masih asyik ngobrol dengan teman-teman di depan kelas. Oya
waktu itu aku dan A udah jadian tapi nggak inget berapa lama. Aku yang
lagi asyik ngobrol nggak tahu kalau A datang menghampiri. Tau-tau si A
mengeluarkan setangkai mawar merah dari jaketnya dan memberikannya
untukku. Whhhuuuuuaaaaa seisi kelas pun geger, bahkan kelas-kelas di
samping kelasku ikut heboh. Itu adalah pertama kalinya ada seorang cowok
yang memberikan bunga padaku. Merah, biru, hijau, ungu, entah apa warna
wajahku saat itu, yang jelas itu adalah salah satu moment terindah
dalam kehidupanku menjadi anak SMA. ;)
Sumber : Momtraveler's Blog
hai
BalasHapus